Monday, November 15

The Devil Wears Prada "Bos Paling Kejam Sedunia"

Posted by deewildypark

Kali ini akku mau marekomendasikan sebuah Novel atau lebih tepatnya Sebuah Chicklit Karangan Lauren Weisberge . Novel Ini Diterbitkan pada tahun 2003 Dengan Judul "The Devil wears Prada", yang kemudian difilm kan pada tahun 2006 oleh 20th Century Fox dengan Judul yang sama. Dan diadaptasi kembali menjadi sebuah drama di Korea dengan judul "Style" pada 2009 sepanjang 16 episode.
*Mungkin chingu sudah tidak asing lagi dengan novel ini ;)*

The Devil Wears Prada

The Devil Wears Prada, “Bos Paling Kejam Sedunia”


 http://www.mobileddl.com/files/image/The-Devil-Wears-Prada-.jpg
Judul 
: The Devil Wears Prada; Bos Paling Kejam Sedunia
Pengarang
: Lauren Weisberger
Penerjemah 
: Siska Yuanita
Penerbit 
: Gramedia Pustaka Utama
Tahun
: 2004
Genre 
: Novel Dewasa
Tebal
: 552 Halaman 
ISBN
: 979-220-828-3

Kepengarangan

Lauren Weisberger (born March 28, 1977) is an American novelist and author of the 2003 bestseller The Devil Wears Prada, a speculated roman à clef of her real life experience as a put-upon assistant to Vogue editor-in-chief Anna Wintour.
Awal dan kehidupan pribadi

Weisberger lahir di Scranton, Pennsylvania untuk seorang ibu guru sekolah dan departemen-store-presiden berpaling ayah mortgage broker. Keluarganya adalah Yahudi dan Weisberger dibesarkan di Konservatif Yudaisme dan kemudian Reformasi Yudaisme. [1] Ia menghabiskan masa awal di Clarks Summit, Pennsylvania, sebuah kota kecil di luar Scranton. Pada usia sebelas tahun, orangtuanya bercerai dan ia dan adiknya, Dana, pindah ke Allentown, Pennsylvania, di kawasan Lehigh Valley negara, dengan ibu mereka.

Pada tahun 1995, ia lulus dari South Whitehall Township's Parkland High School, dekat Allentown. Selama waktunya di Parkland, Weisberger terlibat dalam berbagai kegiatan, termasuk olahraga intramural, beberapa olahraga kompetitif, proyek tambahan, dan organisasi.

Setelah lulus dari Parkland High School, dia menghadiri Universitas Cornell di Ithaca, New York, di mana dia adalah seorang besar dan Inggris anggota mahasiswi Alpha Epsilon Phi, lulus pada tahun 1999 [2] Setelah kuliah., Dia melakukan perjalanan sebagai backpacker melalui Eropa , Israel, Mesir, Yordania, Thailand, India, Nepal, dan Hong Kong. pulang kembali, ia pindah ke Manhattan dan dipekerjakan sebagai asisten Wintour di Vogue. Dia ada di sana selama sepuluh bulan sebelum berangkat bersama dengan editor fitur Richard Story. Sementara dia sendiri mengatakan ia merasa tidak pada tempatnya sana, editor majalah mengelola, Laurie Jones, mengatakan "dia tampak menjadi seorang wanita, sangat senang indah". [3]

Setelah meninggalkan majalah fashion, dia menulis review 100-kata untuk Keberangkatan Majalah, seorang Amerika Express publikasi, sebelum menulis novel pertamanya. Dia juga menerbitkan sebuah artikel di majalah Playboy pada tahun 2004. [4]

Kesuksesannya datang benar-benar dari tugas dia di Keberangkatan Majalah bekerja sebagai asisten editor. Setelah menyebutkan minatnya dalam menulis kelas untuk bosnya, Richard Story, ia dirujuk ke teman yang panjang terhormat, Charles Salzberg. Dia mulai menulis sebuah cerita tentang waktunya di Vogue, berusaha menyelesaikan lima belas halaman setiap beberapa minggu. Setelah menyenggol terus baginya untuk menunjukkan kepada agen selesai menulis, dia akhirnya lakukan dan dalam waktu dua minggu, itu dijual.

Weisberger saat ini berada di New York City.



Sinopsis
"Asisten juga manusia," mungkin Andrea Sachs ingin meneriakkan itu seandainya ia mengetahui lirik lagu Seurieus tersebut.
Bermimpi menjadi penulis The New Yorker, Andrea justru terdampar di majalah mode Runway dan bekerja sebagai asisten junior editor sekaligus tokoh mode terpandang Miranda Priestley. Bahkan ia sama sekali tidak mendapat kesempatan untuk menunjukkan bakat menulisnya. Selaku asisten pribadi, Andrea justru bertanggungjawab atas urusan suami Miranda, buku anak-anaknya, sarapan paginya, mencarikan pengasuh anak, sampai membawa mobilnya dari bengkel. Penderitaan Andrea masih ditambah dengan keharusan berdandan modis dan mengenakan sepatu stiletto yang justru menyiksa kakinya terutama saat ia harus mondar-mandir ke Starbucks membelikan kopi untuk Miranda.
Andrea membenci lingkungan pekerjaannya yang selalu menceramahi bentuk tubuh dan berat badan. Ia harus menyanyikan lagu untuk penjaga pintu. Dalam banyak hal, novel ini mengingatkan kita pada istilah Asal Bos Senang.
Untuk mengatasi tekanannya, Andrea memanfaatkan fasilitas kantor guna membelikan macam-macam kopi dan membagikannya pada para tunawisma sepanjang jalan pulang dari Starbucks. Humor pedas Lauren Weisberger sangat mengena ketika ia mengisahkan betapa Andrea sangat ingin meludahi makanan Miranda atau mengisap es batunya, apalagi ternyata hidangan yang disiapkan dengan jungkir balik itu tidak disentuh karena Miranda sudah makan siang di ruangan lain. Sebagai balasan, Andrea tidak mencuci piring bekas makan atasannya dan membersihkannya dengan Pellegrino kesukaan Miranda yang juga pencinta syal putih Hermes itu. Novel setebal 552 halaman dengan huruf cukup kecil ini tidak terasa melelahkan dengan segenap detilnya yang hidup, khususnya kala Andrea sulit bergerak untuk ke toilet sekalipun agar dapat menjawab telepon Miranda, ponselnya yang harus senantiasa aktif, dan tugas-tugas dadakan yang tidak masuk akal. Pembaca akan tergelak sekaligus miris saat Andrea merasa Miranda mungkin akan mati kalau bergerak selangkah saja untuk meletakkan mantel mahalnya di lemari. Ia malah meletakkan benda itu di meja Andrea agar asisten tersebut tidak bisa bersantai.
Bagian yang menceritakan orangtua dan kakak Andrea agak membosankan, juga perihal Alex sang kekasih. Karakter Lily yang alkoholik dan hubungan Andrea dengan Christian, penulis tampan yang berbakat besar dan justru membuat Andrea makin frustrasi (ingat pada impiannya semula sebagai penulis), justru lebih menarik. Kita dibuat kembali terbahak menyimak surat seorang pembaca Runway yang ditujukan pada Miranda dan berbunyi (kurang lebih) Mengapa kau harus menerbitkan majalah yang membosankan itu?

KeLebihan
Dari novel ini kita bisa mendapatkan Pelajaran yang sangat berharga bagi para asisten, atau para pemula di dunia kerja seperti Andrea. Hanya karena belum berpengalaman, haruskah kita mengorbankan harga diri dan kehidupan pribadi?  Apakah prioritas kita dalam hidup suatu hari nanti? Pekerjaan kitakah? Atau keluarga kita?

Kekurangan


Manfaat/Rekomendasi
The Devil Wears Prada (2003) adalah sebuah novel penjualan terbaik oleh Lauren Weisberger tentang seorang wanita muda yang, baru lulus dari perguruan tinggi, adalah dipekerjakan sebagai asisten pribadi ke editor majalah fashion yang kuat, pekerjaan yang menjadi neraka saat dia berjuang untuk menjaga dengan permintaan bosnya terduga dan merendahkan. Itu sangat berhasil, menghabiskan enam bulan di daftar buku terlaris New York Times dan menjadi dasar untuk film 2006 dari nama yang sama, dibintangi Meryl Streep, Anne Hathaway, dan Emily Blunt.
Saya adalah seorang pembohong besar kalau saya bilang tidak menyukai buku ini. The Devil Wears Prada mengisahkan tentang seorang sarjana baru lulus bernama Andy Sachs yang mendapatkan pekerjaan sebagai asisten Miranda Priestly, editor majalah fashion nomor satu di Amerika, Runway. Kisahnya berlanjut mengenai perjuangannya untuk memenuhi keinginan luar biasa bos seperti membeli kopi Starbucks yang sudah dipermak sana-sini, mencari buku Harry Potter yang belum diterbitkan dll. Overall, walaupun masih terkesan chicklit, buku ini menceritakan mengenai bagaimana sulitnya dunia kerja bagi mereka yang baru lulus. Itu dan cara Weisberger menceritakan kisah-kisah perjuangan Andy Sachs cukup menghibur--terkadang sarkastik.

Ada seorang perempuan muda, asisten yang menelepon semua maskapai penerbangan karena bossnya butuh terbang hari itu, sementara cuaca sedang badai. Sang asisten tidak berhasil menemukan penerbangan untuk bossnya walaupun dia telah mengabaikan pertemuan dengan ayahnya. Tidak ada apresiasi apapun dari si boss kecuali kata-kata, “Kamu mengecewakan!”
Yang pernah nonton pasti tau, saya sedang menceritakan salah satu bagian dari pilem The Devil Wears Prada. Bukan karena ada Anne Hathaway yang cantik dan sekseh maka saya bilang pilem ini bagus (walaupun ndak bisa disangkal bahwa kehadirannya memang mbikin saya makin betah nonton), tapi karena di situ ada beberapa pelajaran yang bisa saya ambil.
Hal pertama yang menarik adalah saat Andrea, karakter utama pilem ini bercerita soal boss yang menurutnya ndak menghargai semua kerja kerasnya, padahal dia sudah melakukan semua yang dia bisa. Komentar yang dia dapat adalah, “Boss hanya menjalankan tugasnya, kamu yang tidak melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.” Saya baru tau kalo melakukan semua yang saya bisa tidak sama dengan melakukan sebaik-baiknya, dan juga baru tau kalo tugas boss adalah melihat hasil tanpa peduli usaha untuk mendapatkannya.
Yang kedua saat si boss menyuruh Andrea mencari naskah Harry Potter yang belum terbit. Dengan berbagai macam usaha akhirnya dia mendapatkan naskah itu, dan dengan inisiatif sendiri dia mengkopi naskah itu dua buah, menjilidnya, serta mengirimkannya pada anak si boss. Tiga langkah lebih maju dari yang diperintahkan sehingga si boss agak ternganga dan ndak bisa ngomong apa-apa lagi. Mungkin inilah yang disebut melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, melakukan lebih baik daripada yang diperintahkan.
Saat karir mulai bersinar, semua pekerjaan dilakukan dengan “sebaik-baiknya”, mulailah segala hal yang di luar pekerjaan manjadi prioritas nomer sekian. Saat Andrea cerita bahwa kehidupan pribadinya sedang terganggu, tanggapan yang diperolehnya adalah, “Selamat datang! Saat kehidupan pribadimu hancur katakan padaku, itu saatnya kamu promosi.” Sinis, tapi ada benarnya.
Hal menarik keempat adalah saat Andrea bertengkar dengan pacarnya karena merasa sering diabaikan. Andrea bilang pacarnya tidak mau mengerti pekerjaannya, sedangkan sang pacar mengatakan bahwa dulupun Andrea tidak mengerti dan tidak mau peduli dengan dunia fashion yang sekarang digelutinya. Andrea yang dulu tidak peduli fashion sekarang membelanya. Ada pertanyaan yang timbul dalam benak saya, “Apa yang berubah? Apakah karena Andrea sekarang mengerti cara pandang orang fashion? Ataukah Andrea telah menjadi orang fashion?”
Apabila sampeyan bermasalah dengan perubahan yang membuat jarak dengan orang-orang dekat, mungkin pertanyaan yang sama bisa sampeyan ajukan pada diri sendiri. Apakah cara pandang sampeyan bertambah, atau berubah?
Hal terakhir yang saya peroleh dari pilem tersebut adalah tentang Andrea yang terus-menerus beralasan kenapa dia menomorsatukan pekerjaannya, “I have no choice!”
Dalam suatu dialog boss Andrea mengatakan bahwa semua orang menginginkan kehidupan yang sekarang dia nikmati, kekayaan, kehormatan, dan segala hal yang telah dia raih. Si boss bilang Andrea telah memilih untuk maju dengan segala konsekuensinya. Satu fakta yang membantah alasannya menomorsatukan pekerjaan, ternyata dia masih punya pilihan.
http://mastein.wordpress.com/2010/01/03/pelajaran-dari-the-devil/



 

0 comments: